Cerpen ini berjudul sampai akhir yang dibuat oleh gua sendiri
Sebelumnya makasih buat yang udah mau baca Cerpen ini,
Dan Dimohon kritik ataupun Saran-nya tentang Cerpen Gua yang Satu ini. Silahkan kirim ke [email protected] ataupun dikolom komentar.
Selamat membaca :)
SAMPAI AKHIR Part 1
Pengarang
Rizky Ramadhany
Hanya seorang siswa MAN
KISAH SEORANG LELAKI YANG TERINSPIRASI DALAM BUKU YANG BERJUDUL
“ INDONESIA MENGAJAR “
PERKENALAN
Ganda, Lahir di Jakarta. Ia kuliah di Salah satu kampus terkemuka di Indonesia Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi meskipun ia susah mempelajari dan Hoki hokian masuk Universitas terkemuka di Indonesia itu tapi ia mau berusaha agar masa depannya menjadi Indah. Iya pasti sewajarnya Universitas sebagus itu mempunyai mahasiswa dan mahasiwi terbaik.
Pratama, Lahir di Bekasi. Ia kuliah di tempat yang sama dengan Ganda tapi berbeda Jurusan. Ia mengambil jurusan Teknik Perkapalan. Salah masuk jurusan gapapa yang penting bisa mempelajari Pelajaran tersebut. Dan dia juga ketua karangtaruna di RW ya, Itu hebat walau sederhana.
Mereka berdualah yang akan berpetualang menjelajahi pelosok-pelosok dalam negeri, tidak usah keluar negeri toh di dalam negeri-pun kita bisa melihat pemandangan yang indah tak kalah dengan Paris, London, ataupun Dubai. Tapi mereka disini tidak untuk berekreasi ataupun berlibur. Kalo mau tau jalan ceritanya ikutin aja jalan ceritanya sampe selesai, biar tau gimana ceritanya. Maap kalo gajelas. Hehe
PRIVATE MESSANGER
Kringg…. Kringg…. Terdengar suara Telepon Ganda yang sangat kencang. “Halo” ucap Ganda saat mendengar suara dari telepon itu, “Eh Gan gua Tama taukan?”
“ Hem iya gua inget, lu dapet nomer gua dari mana?” Ucap Ganda sambil bangun dari tempat tidurnya, “ Gua dapet nomer lu dari anak BEM”
“Ada apa?” kata Ganda sambil menuangkan Air ke gelasnya. Tiba-tiba Tut..Tuttt…Tuttt.
“Hah, Kok mati, biarin ajalah palingan juga gak ada pulsa tuh orang” lalu Ganda balik ketempat tidurnya lalu tidur kembali.
“Alah pulsa gua abis lagi, mau beli kemana ya” dan Tama menghampiri seorang bapak-bapak dengan wajah sangar tetapi berpakaian rapi, “maaf pak saya ganggu.” Ucap Tama sambil gemetar badannya.
“Hemm.” Dengan nada seram seperti Gatot Kaca
“Gajadi deh pak saya gak jadi nanya, maaf pak udah ganggu kehidupan bapak.” Tama-pun lari menjauhi bapak itu dan tanpa sadar di depannya ada Outlet jual-beli pulsa dan kartu perdana, senang bercampur capek Tama-pun mengecek keadaan Ekonominya, ia mengecek saku celananya yang kiri dan hanya menemukan hp dan uang sebesar Rp,500,- “Waduh cuma segini, dapet berapa nih pulsa kalo duitnya Cuma segini.” Lalu Tama mengecek saku kanan celananya dan hanya menemukan sisir dan uang sebesar Rp.5000,- “Alhamdulillah ada goceng, tapi dapet apa engga ya tuh pulsa.” Tama-pun menghampiri si penjual pulsa dan bertanya, “Maaf mba.”
“Iya apaan?.” Kata si penjual pulsa dengan nada ketus dan muka yang semerawut adanya.
“Pulsa yang goceng disini berapaan ya?.” Sambil melihat keadaan uangnya yang mencengangkan.
“Tuh.” Sambil menunjuk daftar harga pulsa yang ada di tempat itu.
“Waduuh mahal amat, yang goceng jadi enam setengah mau naek haji apa naek tangga nih tukang.” Batinnya sambil melihat keadaan daftar harga yang Spesial itu. Tama balik badan dan ingin pergi dari tempat itu. Lalu tiba-tiba ada yang memanggil Tama dari kejauhan.
“Wooy Koplak.” Suara misterius itu memanggil Tama
“Eh Koplak.” Suara itu memanggil lagi, Tama melihat kanan, kiri, depan, dan belakangnya tidak ada siapapun disana kecuali si penjual pulsa yang pengen naik haji.
“Gua diserong belakang kiri lu woy.” Dengan muka lemas, lalu Tama melihat ke serong belakang kirinya, dengan wajah kaget dicampur seneng dan kemanisan di wajahnya Tama menghampiri orang tersebut.
“Ganda.” Dengan wajah yang penuh birahi
“Udahlah gausah kaya orang Maho.” Dengan muka melas gaya orang bangun tidur.
“Kita bertemu di tempat yang penuh dengan kegelisahan.” Dengan nada seseorang sedang membaca puisi.
“Kegelisahan pala lu, udahlah lu tadi ngapain nelpon gua?.”
“Gua mau nanyain tentang proposal yang judulnya Bangkit-lah Indonesia-ku.”
“Bentar gua inget-inget.” Sambil jalan menuju tempat penjualan pulsa.
“Mba Pulsa yang ceban ke nomer yang biasa.”
“Iya Gan, eh itu temen lu gan?.” Tanya si penjual pulsa sambil menunjuk Tama yang sedang menendang batu gak karuan.
“Oh yang itu, itu mah Junior gua baru mau OTW jadi temen.” Sambil mengasih uangnya
“Tadi kayanya junior lu mau beli pulsa disini tapi gak jadi, gua gak tau dah kenapa.”
“Dia liat harga pulsa yang edisi tahun 2006-2007 kali.” Sambil menunjukkannya
“Oh iya, aduh salah liat tuh orang, sangit emang.”
“Elu yang sangit, udah tau itu edisi lama, masih aja lu pajang disini, udah lah gua pergi dulu.” Lalu Ganda pergi dari sang penjual pulsa menuju ke juniornya.
“Udah belom ingetinnya?.” Kata Tama dengan nada melas
“Udah, kerumah gua aja gak enak ngomong di mari.” Ucap Ganda sambil pergi menuju rumahnya.
Sesampainya dirumah Ganda Tama-pun langsung membuka tasnya dan memberikan Proposal itu ke Ganda.
“Nih gan.” Sambil memberikan Proposal itu
“Itu Proposalnya, maksudnya apa?.”
“Oh ini, sebelumnya tuh ini udah dibuat dari gua semester 3 dan baru dibaca sekarang.” Sambil melihat-lihat isi Proposal tersebut.
“Lama banget, palingan kertas lu terselip di kertas yang lain.” Ucap Tama yang kehausan.
“Iya emang, Biayanya mahal nih kenapa harus ada 4 orang? 2 orang aja cukup biar irit biaya, kalo biayanya semahal ini pasti Kampus gak bakalan mau biayain, ketua Organisasinya sekarang siapa sih?.” Dengan nada tinggi tapi tidak kesal
“Kibo, gua juga udah bilang kalo biaya semahal itu pasti gak akan mau kampus biayain hanya 30-40% kampus mau Biayain tuh kegiatan.” Tamapun membuka tasnya dan mengambil minum di tasnya
“Hari Senen gua ke kampus deh, sama anak-anak senior yang lain, kalian kesini untuk mengajarkan? Memberikan pelajaran sederhana kepada anak-anak yang ada di pelosok atau terpencil di negeri ini?.” Ganda-pun berdiri dan mengambilkan air untuk Tama.
“Tuh aer minum aja.” Kata Ganda sambil memberikan air itu.
“Makasih gan.” Tama-pun meminum air tersebut.
Sejam, dua jam, dua setengah jam mereka membicarakan tentang kegiatan Bangkit-lah Indonesia-Ku dan mereka-pun sepakat akan membicarakn kegiatan ini di kampus senin nanti.
“Yaudah gua pulang dulu Gan, jangan lupa senen nanti ya.” Sambil menjulurkan tangannya
“Iya sip, kalo ada apa-apa bilang aja sama gua.” Mereka-pun berjabat tangan, dan Tama-pun pulang kerumahnya
BUKAN BERLIBUR
Kringgg… Kringgg……. Kringgg…
“Apaan tam.” Kata Ganda mengangkat teleponnya.
“Besok jangan lupa, bawa proposal lu yang sebelumnya.” Kata Tama sambil duduk di bale halaman rumahnya.
“Gampang, gausah bawel.” Menutup teleponnya. Ganda-pun mempersiapkan semua kertasnya dan ia-pun pergi keluar menemui temannya Haru.
“Haru..” memanggil sambil jinjit-jinjit di depan pagernya
“Apa Bem?.”sambil ketawa kecil.
“Gausah manggil gua kaya gitu napa har.” Kata Ganda dengan wajah datarnya.
“Haha… maafnya Bem, yaudah masuk aja dulu.” Haru-pun mempersilahkan Ganda masuk, dan menyuruhnya duduk di halamannya. Mereka bicara tentang Proposal yang ia buat saat semester 3.
“Hah? Biayanya mahal banget bem.” Kaget Haru saat melihat proposal yang dibuat oleh Kibo ketua Organisasi Mahasiswa.
“Makanya besok kita rapatin lagi sama anak-anak sana, lu bisa apa engga?.” Tanya Ganda dengan nada ngarep.
“Hemm, gua bisa kok.” Ucap Haru
“Yaudah besok lu gua jemputnya.” Kata Ganda sambil tersenyum.
“Iya bem.” Ucap Haru dengan suara lembutnya. Ganda-pun berpamitan kepada Haru.
Lalu Ganda-pun pulang kerumahnya.
Keesokan Harinya
“Gan.. Gan..” Ucap Ibu Ganda yang membangunkannya.
“Apa bu?.” Dengan mata yang masih ngantuk.
“Ayo sholat jangan lupa, lagian kamu juga mau ke kampus-kan hari ini.” Dengan suara lembut Ibu Ganda membangunkannya.
“Iya bu.” Ganda-pun bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke masjid di dekat rumahnya, selesai sholat Ganda pulang kerumahnya dan masuk ke kamarnya untuk mempersiapkan berkas-berkas yang akan dipakai untuk rapat nanti. Suara ringtone hp ganda berbunyi Kringg… Kringg…
“Assalamualikum Gan.” Ucap Haru
“Waalaikumsalam Har. Tumben gak manggil gua Bemo lagi, haha udah sadarnya?.” Sambil tertawa kecil dan seneng karena di telepon Haru.
“Nanti jadikan? Kita rapatnya jam 1 kata Tama, lu jemput gua jam 10 aja ya bem.” Dengan suara yang lembut
“Iya putri nanti aku bakalan jemput kamu.” tidak sadar Ganda berkata seperti itu, saking lembutnya suara Haru.
“Putra putri aku kamu aja lu, udah ah gua mau bantu nyokap gua masak dulu, lu jangan ngaret nanti. Awas aja lu kalo ngaret.” Kata Haru sambil menutup telpon.
“Cepet banget ditutupnya tuh telpon, guakan masih kangen tapi gapapalah.” Batinnya dengan perasaan seneng lalu Ganda kembali wudhu dan membaca Al-qur’an bersama Ibunya. Selesai membaca Al-qur’an ibu Ganda melihat foto kecil Ganda yang sedang bermain dengan kakaknya yaitu Dian, Mata yang berkunang-kunang melihat foto itu, kangen, rindu , semua bercampur.
“Ganda.” Ucap ibu Ganda dengan nada pelan dan lembut seorang ibu.
“Iya apa bu?” Sambil membereskan sejadah dan debu-debu di ruang sholat rumahnya.
“Kamu masih ingat dengan foto ini?.” Menunjukkan Foto tersebut kepada Ganda.
“Oh foto itu bu, iya Ganda inget. Emang kenapa bu? Ibu kangen ya sama kak Dian?.” Tanya ganda sambil menaruh sapu yang ada ditangannya dan mendekati Ibunya, lalu Ganda mengusap air mata yang keluar dari sang Ibu dan berkata.
“Kak Dian gak akan lupa sama keluarga kecil kita ini kok bu, pasti dia bakalan pulang. Kak Dian juga sering bilang sama Ganda jangan pernah ninggalin sholat, selalu jaga diri baik-baik, pasti kak Dian juga bisa menjaga dirinya kok bu.” Merangkul ibunya.
“Iya Gan, ibu tau. Ibu hanya khawatir sama kakak kamu itu, sudah lama kakak kamu tidak pulang kerumah, mengirim surat-pun tidak.” Mata yang penuh dengan kerinduan yang sangat, dirangkulnya oleh Ganda yang membuat wanita terbaik yang tak pernah hilang rasa kasih sayangnya untuk anaknya,
“Ganda sekarang mandi, jangan lupa pergi ke kampus dan jemput Haru ya nak.” Sambil bangun dari tempatnya duduk dan mengusap air mata suci itu.
“Ibu tau darimana kalo Ganda bakalan jemput Haru.” Nada kaget kenapa ibu bisa tau kalo Ganda bakalan jemput Haru.
“Ibu tau dari Haru ya sendiri kok.” Tertawa kecil sambil pergi menuju dapur untuk membuat masakkan untuk Ganda dan Ganda-pun masih duduk di ruang sholat yang nyaman memikirkan tentang hal tadi, “Kok Haru ngasih tau emak gua ya, aneh. Tapi gapapalah kalo ibu menyetujui gua sama Haru. Hehe Alhamdulillah banget.” Batinnya sambil senyum-senyum sendiri. Lalu Ganda ke kamar mandi.
DI KAMPUS
9:17 ---
Tama sedang berjalan-jalan di kampusnya sambil memikirkan tentang Rapat nanti, dan di tengah perjalanannya tadi Ia bertemu dengan wanita cantik, dan Tama-pun mengambil air di sisa minuman gelas yang berada di bangku taman dan mencipratkan air itu ke rambutnya, jalan-lah Tama ke wanita itu.
“Hai, boleh kenalan?.” Dengan nada agak so cool dan memakan permen yang ada dikantongnya.
“Hemm, boleh kok, lu Tama-kan, Sekretaris Organisasi kampus ini?.” Menengok ke arah Tama dengan senyum manisnya. Tama-pun salah tingkah dibuatnya, muka merah kesemsem gitu, “Kok dia tau gua ya, haha gua udah terkenal berarti.” Batinnya sambil mengeluarkan hp ya dari saku.
“Gua tau lu pas waktu lu kepleset di toilet cewek, hehe pasti kaya gitu malu ya tam? Hehe lagian ngapain lu ke Toilet cewek? Udah tau basah, masih mau ngintipin aja.” Sambil tertawa kecil dan membuka buku yang ada di tangannya. Muka yang gerogi dicampur malu menjadi satu dan lahirnya The Kocak Face haha.
“Hehe kok lu tau soal itu ya? Itu kejadian udah lama banget masih aja lu inget-inget.” Tanyanya malu.
“Ya taulah, banyak yang cerita begitu. Udah dulu ya Tam gua ada kelas nih, Sampai ketemu nanti lagi ya.” Bangun dari tempatnya duduk dan pergi. Merasa nyesel, dan kecewa menyelimuti diri Tama karena gak bisa dapetin nomer hp, boro-boro nomer hp, namanya aja belom tau. Untuk menghilangkan rasa kekecewaannya Tama-pun pergi ke Masjid di kampusnya untuk sholat Dhuha.
Selesai mandi Ganda langsung masuk ke kamarnya untuk memakai baju yang akan ia gunakkan ke kampus, sambil menengok kaca dan bergaya seperti M.Shadows. “Gua suka banget sama nih baju, Baju dengan tulisan ‘IndONEsia’. ” Sambil melihat dan menjembrengkan baju itu. Kringg… Kringgg… Terbunyi hp Ganda.
“Halo.” Ucap Ganda sambil memakai baju kesayangannya
“Ganda jemput gua sekarang.” Suara Haru dengan lembutnya.
“Iya Har sabar mau OTW.” Kata Ganda sambil memakai celananya yang ala penyayi modern jaman sekarang.
“Jangan lama.” Ucap Haru dan lalu mematikkan telpon itu. Dengan cepat Ganda bersiap-siap untuk menjemput Haru, tidak lupa Ganda menghampiri ibunya dan salim dengannya, “Ibu, Ganda berangkat dulu ya bu.” Ucapnya.
“Iya Gan, jangan lupa sholat.” Sambil memberi uang saku kepada Ganda.
“Makasih ya bu, Ganda berangkat dulu. Assalamualikum.” Ganda-pun lari ke motornya, di stater –lah motor itu dan Ganda menuju kerumah sang pujaan hati, sampai-nya di rumah Haru Ganda langsung memanggil Haru dengan suara lantang seperti orang yang sedang memanggil maling. “Haruu…” Ucapnya.
“Iya Bem sebentar.” Keluarlah Haru dengan wajahnya yang cantik, Ganda-pun terlihat gerogi. “Har lu keliatan cantik banget siang ini.” Ucapnya dengan nada halus dan mata yang tak luput dari wajahnya Haru.
“Udahlah bem, langsung aja berangkat. Rayuan lu gak mempan di gua.” Kata Haru sambil naik ke motor Ganda.
“Nih Helm ya.” Ganda-pun mengasih helm itu sambil menggerakan spion ke arah wajah Haru. Di sepanjang jalan mata Ganda tak luput dari Sang spion. Pelan, pelan, tapi pasti Ganda membawa motor itu dan akhirnya mereka sampai di kampus.
“Tama ada dimana ya.” Kata Ganda sambil melihat-lihat taman kampus.
“Coba deh lu telpon, senior-senior yang lain juga udah ada disana kok, kita kesana aja yuk.” Ucap Haru dengan suara yang lembut, yang bisa membuat semua orang suka dengannya termasuk Ganda.
“Yaudah yu.” Ucap Ganda sambil mempersilahkan Haru jalan duluan, sampai di depan masjid kampus Ganda menepuk pundak Haru. “Har, mending kita sholat dulu.” Ucap Ganda mengajak Haru sholat.
“Iya Gan, makasihnya udah ngingetin.” Kata Haru sambil tersenyum, Ganda salah tingkah gak karuan semakin memantabkan dirinya untuk menyatakan perasaannya kepada Haru.
“Yaudah yu.” Ucap Ganda, akhirnya mereka-pun masuk masjid dan mengambil wudhu, mereka-pun sholat dengan khusyu ya. Selesai sholat Ganda mengajak Haru untuk makan bersamanya nanti setelah rapat.
“Iyadeh Gan, mumpung gua lagi gak sibuk hari ini.” Ucap Haru.
“Asiikk… akhirnya.” Kata Ganda sambil tersenyum penuh, rasa senang yang tak terbendung ada di dalam diri Ganda, mungkin ia akan berubah pada bulan purnama untuk mengambil darah suci yang tidak disucikan, hehe bercanda*
Sesampainya ia diruangan rapat, Ganda dan Haru sudah disambut oleh Andre. Andre adalah mantan ketua Organisasi kampus itu.
“Heh, lama amat lu Gan.” Ucap Andre sambil tersenyum.
“Haha, map tadi gua abis sholat dulu.” Kata Ganda sambil tos-an gaya mereka dahulu. Kangen pasti, apalagi mereka jarang ketemu. Andre lalu mengambil-kan minum untuk Ganda dan Haru.
“Heh lu berdua, ayo duduk-duduk ngapain berdiri aja.” Kata Andre sambil mempersilahkan duduk, lalu mereka berdua duduk. Andre lalu mengambil kertas proposal itu dan membacanya, halaman demi halaman dibaca oleh Andre dan saat melihat Proposal tentang harga yang harus dipakai sangat-lah mahal.
Andre-pun menanyakan kepada Ganda dan Haru tentang harga yang mahal itu.
“Eh Gan ru, kok biaya ya mahal banget ya.” kata Andre sambil membaca kembali proposal itu.
“Belom nanti kita minta izin sama pembantu rektornya, hadeh..” sambil menggelengkan kepalanya, “Sebenernya gini ndre, kita juga sebagai senior mesti ngasih tau mereka, makanya kita ngelakuin rapat ini untuk menanyakan itu. Kibo-nya juga sekarang lagi ada kelas makanya belom kesini.” Ucap Ganda sambil mengambil minuman di atas meja, lalu Tama-pun datang ke ruang rapat. “Assalamualikum.” Salam Tama untuk semua.
“Waalaikumsalam.” Balas Ganda, Haru, dan Andre. Sambil duduk Tama mengambil laptop-nya dan memberikan harga yang semestinya dipakai untuk menuju ke plosok dalam negeri, misi dari organisasi ini-pun juga akan membantu negara karena para pengajar muda akan mengajar ke pedalaman yang jarang sekali di sana ada listrik, Trasnportasi, Puskesmas, dan kadang juga air bersih. Oleh sebab itu Organisasi ini membuat kegiatan yang berjudul.
“Bangkit-lah IndONEsia-ku.”
Dan Dimohon kritik ataupun Saran-nya tentang Cerpen Gua yang Satu ini. Silahkan kirim ke [email protected] ataupun dikolom komentar.
Selamat membaca :)
SAMPAI AKHIR Part 1
Pengarang
Rizky Ramadhany
Hanya seorang siswa MAN
KISAH SEORANG LELAKI YANG TERINSPIRASI DALAM BUKU YANG BERJUDUL
“ INDONESIA MENGAJAR “
PERKENALAN
Ganda, Lahir di Jakarta. Ia kuliah di Salah satu kampus terkemuka di Indonesia Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi meskipun ia susah mempelajari dan Hoki hokian masuk Universitas terkemuka di Indonesia itu tapi ia mau berusaha agar masa depannya menjadi Indah. Iya pasti sewajarnya Universitas sebagus itu mempunyai mahasiswa dan mahasiwi terbaik.
Pratama, Lahir di Bekasi. Ia kuliah di tempat yang sama dengan Ganda tapi berbeda Jurusan. Ia mengambil jurusan Teknik Perkapalan. Salah masuk jurusan gapapa yang penting bisa mempelajari Pelajaran tersebut. Dan dia juga ketua karangtaruna di RW ya, Itu hebat walau sederhana.
Mereka berdualah yang akan berpetualang menjelajahi pelosok-pelosok dalam negeri, tidak usah keluar negeri toh di dalam negeri-pun kita bisa melihat pemandangan yang indah tak kalah dengan Paris, London, ataupun Dubai. Tapi mereka disini tidak untuk berekreasi ataupun berlibur. Kalo mau tau jalan ceritanya ikutin aja jalan ceritanya sampe selesai, biar tau gimana ceritanya. Maap kalo gajelas. Hehe
PRIVATE MESSANGER
Kringg…. Kringg…. Terdengar suara Telepon Ganda yang sangat kencang. “Halo” ucap Ganda saat mendengar suara dari telepon itu, “Eh Gan gua Tama taukan?”
“ Hem iya gua inget, lu dapet nomer gua dari mana?” Ucap Ganda sambil bangun dari tempat tidurnya, “ Gua dapet nomer lu dari anak BEM”
“Ada apa?” kata Ganda sambil menuangkan Air ke gelasnya. Tiba-tiba Tut..Tuttt…Tuttt.
“Hah, Kok mati, biarin ajalah palingan juga gak ada pulsa tuh orang” lalu Ganda balik ketempat tidurnya lalu tidur kembali.
“Alah pulsa gua abis lagi, mau beli kemana ya” dan Tama menghampiri seorang bapak-bapak dengan wajah sangar tetapi berpakaian rapi, “maaf pak saya ganggu.” Ucap Tama sambil gemetar badannya.
“Hemm.” Dengan nada seram seperti Gatot Kaca
“Gajadi deh pak saya gak jadi nanya, maaf pak udah ganggu kehidupan bapak.” Tama-pun lari menjauhi bapak itu dan tanpa sadar di depannya ada Outlet jual-beli pulsa dan kartu perdana, senang bercampur capek Tama-pun mengecek keadaan Ekonominya, ia mengecek saku celananya yang kiri dan hanya menemukan hp dan uang sebesar Rp,500,- “Waduh cuma segini, dapet berapa nih pulsa kalo duitnya Cuma segini.” Lalu Tama mengecek saku kanan celananya dan hanya menemukan sisir dan uang sebesar Rp.5000,- “Alhamdulillah ada goceng, tapi dapet apa engga ya tuh pulsa.” Tama-pun menghampiri si penjual pulsa dan bertanya, “Maaf mba.”
“Iya apaan?.” Kata si penjual pulsa dengan nada ketus dan muka yang semerawut adanya.
“Pulsa yang goceng disini berapaan ya?.” Sambil melihat keadaan uangnya yang mencengangkan.
“Tuh.” Sambil menunjuk daftar harga pulsa yang ada di tempat itu.
“Waduuh mahal amat, yang goceng jadi enam setengah mau naek haji apa naek tangga nih tukang.” Batinnya sambil melihat keadaan daftar harga yang Spesial itu. Tama balik badan dan ingin pergi dari tempat itu. Lalu tiba-tiba ada yang memanggil Tama dari kejauhan.
“Wooy Koplak.” Suara misterius itu memanggil Tama
“Eh Koplak.” Suara itu memanggil lagi, Tama melihat kanan, kiri, depan, dan belakangnya tidak ada siapapun disana kecuali si penjual pulsa yang pengen naik haji.
“Gua diserong belakang kiri lu woy.” Dengan muka lemas, lalu Tama melihat ke serong belakang kirinya, dengan wajah kaget dicampur seneng dan kemanisan di wajahnya Tama menghampiri orang tersebut.
“Ganda.” Dengan wajah yang penuh birahi
“Udahlah gausah kaya orang Maho.” Dengan muka melas gaya orang bangun tidur.
“Kita bertemu di tempat yang penuh dengan kegelisahan.” Dengan nada seseorang sedang membaca puisi.
“Kegelisahan pala lu, udahlah lu tadi ngapain nelpon gua?.”
“Gua mau nanyain tentang proposal yang judulnya Bangkit-lah Indonesia-ku.”
“Bentar gua inget-inget.” Sambil jalan menuju tempat penjualan pulsa.
“Mba Pulsa yang ceban ke nomer yang biasa.”
“Iya Gan, eh itu temen lu gan?.” Tanya si penjual pulsa sambil menunjuk Tama yang sedang menendang batu gak karuan.
“Oh yang itu, itu mah Junior gua baru mau OTW jadi temen.” Sambil mengasih uangnya
“Tadi kayanya junior lu mau beli pulsa disini tapi gak jadi, gua gak tau dah kenapa.”
“Dia liat harga pulsa yang edisi tahun 2006-2007 kali.” Sambil menunjukkannya
“Oh iya, aduh salah liat tuh orang, sangit emang.”
“Elu yang sangit, udah tau itu edisi lama, masih aja lu pajang disini, udah lah gua pergi dulu.” Lalu Ganda pergi dari sang penjual pulsa menuju ke juniornya.
“Udah belom ingetinnya?.” Kata Tama dengan nada melas
“Udah, kerumah gua aja gak enak ngomong di mari.” Ucap Ganda sambil pergi menuju rumahnya.
Sesampainya dirumah Ganda Tama-pun langsung membuka tasnya dan memberikan Proposal itu ke Ganda.
“Nih gan.” Sambil memberikan Proposal itu
“Itu Proposalnya, maksudnya apa?.”
“Oh ini, sebelumnya tuh ini udah dibuat dari gua semester 3 dan baru dibaca sekarang.” Sambil melihat-lihat isi Proposal tersebut.
“Lama banget, palingan kertas lu terselip di kertas yang lain.” Ucap Tama yang kehausan.
“Iya emang, Biayanya mahal nih kenapa harus ada 4 orang? 2 orang aja cukup biar irit biaya, kalo biayanya semahal ini pasti Kampus gak bakalan mau biayain, ketua Organisasinya sekarang siapa sih?.” Dengan nada tinggi tapi tidak kesal
“Kibo, gua juga udah bilang kalo biaya semahal itu pasti gak akan mau kampus biayain hanya 30-40% kampus mau Biayain tuh kegiatan.” Tamapun membuka tasnya dan mengambil minum di tasnya
“Hari Senen gua ke kampus deh, sama anak-anak senior yang lain, kalian kesini untuk mengajarkan? Memberikan pelajaran sederhana kepada anak-anak yang ada di pelosok atau terpencil di negeri ini?.” Ganda-pun berdiri dan mengambilkan air untuk Tama.
“Tuh aer minum aja.” Kata Ganda sambil memberikan air itu.
“Makasih gan.” Tama-pun meminum air tersebut.
Sejam, dua jam, dua setengah jam mereka membicarakan tentang kegiatan Bangkit-lah Indonesia-Ku dan mereka-pun sepakat akan membicarakn kegiatan ini di kampus senin nanti.
“Yaudah gua pulang dulu Gan, jangan lupa senen nanti ya.” Sambil menjulurkan tangannya
“Iya sip, kalo ada apa-apa bilang aja sama gua.” Mereka-pun berjabat tangan, dan Tama-pun pulang kerumahnya
BUKAN BERLIBUR
Kringgg… Kringgg……. Kringgg…
“Apaan tam.” Kata Ganda mengangkat teleponnya.
“Besok jangan lupa, bawa proposal lu yang sebelumnya.” Kata Tama sambil duduk di bale halaman rumahnya.
“Gampang, gausah bawel.” Menutup teleponnya. Ganda-pun mempersiapkan semua kertasnya dan ia-pun pergi keluar menemui temannya Haru.
“Haru..” memanggil sambil jinjit-jinjit di depan pagernya
“Apa Bem?.”sambil ketawa kecil.
“Gausah manggil gua kaya gitu napa har.” Kata Ganda dengan wajah datarnya.
“Haha… maafnya Bem, yaudah masuk aja dulu.” Haru-pun mempersilahkan Ganda masuk, dan menyuruhnya duduk di halamannya. Mereka bicara tentang Proposal yang ia buat saat semester 3.
“Hah? Biayanya mahal banget bem.” Kaget Haru saat melihat proposal yang dibuat oleh Kibo ketua Organisasi Mahasiswa.
“Makanya besok kita rapatin lagi sama anak-anak sana, lu bisa apa engga?.” Tanya Ganda dengan nada ngarep.
“Hemm, gua bisa kok.” Ucap Haru
“Yaudah besok lu gua jemputnya.” Kata Ganda sambil tersenyum.
“Iya bem.” Ucap Haru dengan suara lembutnya. Ganda-pun berpamitan kepada Haru.
Lalu Ganda-pun pulang kerumahnya.
Keesokan Harinya
“Gan.. Gan..” Ucap Ibu Ganda yang membangunkannya.
“Apa bu?.” Dengan mata yang masih ngantuk.
“Ayo sholat jangan lupa, lagian kamu juga mau ke kampus-kan hari ini.” Dengan suara lembut Ibu Ganda membangunkannya.
“Iya bu.” Ganda-pun bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke masjid di dekat rumahnya, selesai sholat Ganda pulang kerumahnya dan masuk ke kamarnya untuk mempersiapkan berkas-berkas yang akan dipakai untuk rapat nanti. Suara ringtone hp ganda berbunyi Kringg… Kringg…
“Assalamualikum Gan.” Ucap Haru
“Waalaikumsalam Har. Tumben gak manggil gua Bemo lagi, haha udah sadarnya?.” Sambil tertawa kecil dan seneng karena di telepon Haru.
“Nanti jadikan? Kita rapatnya jam 1 kata Tama, lu jemput gua jam 10 aja ya bem.” Dengan suara yang lembut
“Iya putri nanti aku bakalan jemput kamu.” tidak sadar Ganda berkata seperti itu, saking lembutnya suara Haru.
“Putra putri aku kamu aja lu, udah ah gua mau bantu nyokap gua masak dulu, lu jangan ngaret nanti. Awas aja lu kalo ngaret.” Kata Haru sambil menutup telpon.
“Cepet banget ditutupnya tuh telpon, guakan masih kangen tapi gapapalah.” Batinnya dengan perasaan seneng lalu Ganda kembali wudhu dan membaca Al-qur’an bersama Ibunya. Selesai membaca Al-qur’an ibu Ganda melihat foto kecil Ganda yang sedang bermain dengan kakaknya yaitu Dian, Mata yang berkunang-kunang melihat foto itu, kangen, rindu , semua bercampur.
“Ganda.” Ucap ibu Ganda dengan nada pelan dan lembut seorang ibu.
“Iya apa bu?” Sambil membereskan sejadah dan debu-debu di ruang sholat rumahnya.
“Kamu masih ingat dengan foto ini?.” Menunjukkan Foto tersebut kepada Ganda.
“Oh foto itu bu, iya Ganda inget. Emang kenapa bu? Ibu kangen ya sama kak Dian?.” Tanya ganda sambil menaruh sapu yang ada ditangannya dan mendekati Ibunya, lalu Ganda mengusap air mata yang keluar dari sang Ibu dan berkata.
“Kak Dian gak akan lupa sama keluarga kecil kita ini kok bu, pasti dia bakalan pulang. Kak Dian juga sering bilang sama Ganda jangan pernah ninggalin sholat, selalu jaga diri baik-baik, pasti kak Dian juga bisa menjaga dirinya kok bu.” Merangkul ibunya.
“Iya Gan, ibu tau. Ibu hanya khawatir sama kakak kamu itu, sudah lama kakak kamu tidak pulang kerumah, mengirim surat-pun tidak.” Mata yang penuh dengan kerinduan yang sangat, dirangkulnya oleh Ganda yang membuat wanita terbaik yang tak pernah hilang rasa kasih sayangnya untuk anaknya,
“Ganda sekarang mandi, jangan lupa pergi ke kampus dan jemput Haru ya nak.” Sambil bangun dari tempatnya duduk dan mengusap air mata suci itu.
“Ibu tau darimana kalo Ganda bakalan jemput Haru.” Nada kaget kenapa ibu bisa tau kalo Ganda bakalan jemput Haru.
“Ibu tau dari Haru ya sendiri kok.” Tertawa kecil sambil pergi menuju dapur untuk membuat masakkan untuk Ganda dan Ganda-pun masih duduk di ruang sholat yang nyaman memikirkan tentang hal tadi, “Kok Haru ngasih tau emak gua ya, aneh. Tapi gapapalah kalo ibu menyetujui gua sama Haru. Hehe Alhamdulillah banget.” Batinnya sambil senyum-senyum sendiri. Lalu Ganda ke kamar mandi.
DI KAMPUS
9:17 ---
Tama sedang berjalan-jalan di kampusnya sambil memikirkan tentang Rapat nanti, dan di tengah perjalanannya tadi Ia bertemu dengan wanita cantik, dan Tama-pun mengambil air di sisa minuman gelas yang berada di bangku taman dan mencipratkan air itu ke rambutnya, jalan-lah Tama ke wanita itu.
“Hai, boleh kenalan?.” Dengan nada agak so cool dan memakan permen yang ada dikantongnya.
“Hemm, boleh kok, lu Tama-kan, Sekretaris Organisasi kampus ini?.” Menengok ke arah Tama dengan senyum manisnya. Tama-pun salah tingkah dibuatnya, muka merah kesemsem gitu, “Kok dia tau gua ya, haha gua udah terkenal berarti.” Batinnya sambil mengeluarkan hp ya dari saku.
“Gua tau lu pas waktu lu kepleset di toilet cewek, hehe pasti kaya gitu malu ya tam? Hehe lagian ngapain lu ke Toilet cewek? Udah tau basah, masih mau ngintipin aja.” Sambil tertawa kecil dan membuka buku yang ada di tangannya. Muka yang gerogi dicampur malu menjadi satu dan lahirnya The Kocak Face haha.
“Hehe kok lu tau soal itu ya? Itu kejadian udah lama banget masih aja lu inget-inget.” Tanyanya malu.
“Ya taulah, banyak yang cerita begitu. Udah dulu ya Tam gua ada kelas nih, Sampai ketemu nanti lagi ya.” Bangun dari tempatnya duduk dan pergi. Merasa nyesel, dan kecewa menyelimuti diri Tama karena gak bisa dapetin nomer hp, boro-boro nomer hp, namanya aja belom tau. Untuk menghilangkan rasa kekecewaannya Tama-pun pergi ke Masjid di kampusnya untuk sholat Dhuha.
Selesai mandi Ganda langsung masuk ke kamarnya untuk memakai baju yang akan ia gunakkan ke kampus, sambil menengok kaca dan bergaya seperti M.Shadows. “Gua suka banget sama nih baju, Baju dengan tulisan ‘IndONEsia’. ” Sambil melihat dan menjembrengkan baju itu. Kringg… Kringgg… Terbunyi hp Ganda.
“Halo.” Ucap Ganda sambil memakai baju kesayangannya
“Ganda jemput gua sekarang.” Suara Haru dengan lembutnya.
“Iya Har sabar mau OTW.” Kata Ganda sambil memakai celananya yang ala penyayi modern jaman sekarang.
“Jangan lama.” Ucap Haru dan lalu mematikkan telpon itu. Dengan cepat Ganda bersiap-siap untuk menjemput Haru, tidak lupa Ganda menghampiri ibunya dan salim dengannya, “Ibu, Ganda berangkat dulu ya bu.” Ucapnya.
“Iya Gan, jangan lupa sholat.” Sambil memberi uang saku kepada Ganda.
“Makasih ya bu, Ganda berangkat dulu. Assalamualikum.” Ganda-pun lari ke motornya, di stater –lah motor itu dan Ganda menuju kerumah sang pujaan hati, sampai-nya di rumah Haru Ganda langsung memanggil Haru dengan suara lantang seperti orang yang sedang memanggil maling. “Haruu…” Ucapnya.
“Iya Bem sebentar.” Keluarlah Haru dengan wajahnya yang cantik, Ganda-pun terlihat gerogi. “Har lu keliatan cantik banget siang ini.” Ucapnya dengan nada halus dan mata yang tak luput dari wajahnya Haru.
“Udahlah bem, langsung aja berangkat. Rayuan lu gak mempan di gua.” Kata Haru sambil naik ke motor Ganda.
“Nih Helm ya.” Ganda-pun mengasih helm itu sambil menggerakan spion ke arah wajah Haru. Di sepanjang jalan mata Ganda tak luput dari Sang spion. Pelan, pelan, tapi pasti Ganda membawa motor itu dan akhirnya mereka sampai di kampus.
“Tama ada dimana ya.” Kata Ganda sambil melihat-lihat taman kampus.
“Coba deh lu telpon, senior-senior yang lain juga udah ada disana kok, kita kesana aja yuk.” Ucap Haru dengan suara yang lembut, yang bisa membuat semua orang suka dengannya termasuk Ganda.
“Yaudah yu.” Ucap Ganda sambil mempersilahkan Haru jalan duluan, sampai di depan masjid kampus Ganda menepuk pundak Haru. “Har, mending kita sholat dulu.” Ucap Ganda mengajak Haru sholat.
“Iya Gan, makasihnya udah ngingetin.” Kata Haru sambil tersenyum, Ganda salah tingkah gak karuan semakin memantabkan dirinya untuk menyatakan perasaannya kepada Haru.
“Yaudah yu.” Ucap Ganda, akhirnya mereka-pun masuk masjid dan mengambil wudhu, mereka-pun sholat dengan khusyu ya. Selesai sholat Ganda mengajak Haru untuk makan bersamanya nanti setelah rapat.
“Iyadeh Gan, mumpung gua lagi gak sibuk hari ini.” Ucap Haru.
“Asiikk… akhirnya.” Kata Ganda sambil tersenyum penuh, rasa senang yang tak terbendung ada di dalam diri Ganda, mungkin ia akan berubah pada bulan purnama untuk mengambil darah suci yang tidak disucikan, hehe bercanda*
Sesampainya ia diruangan rapat, Ganda dan Haru sudah disambut oleh Andre. Andre adalah mantan ketua Organisasi kampus itu.
“Heh, lama amat lu Gan.” Ucap Andre sambil tersenyum.
“Haha, map tadi gua abis sholat dulu.” Kata Ganda sambil tos-an gaya mereka dahulu. Kangen pasti, apalagi mereka jarang ketemu. Andre lalu mengambil-kan minum untuk Ganda dan Haru.
“Heh lu berdua, ayo duduk-duduk ngapain berdiri aja.” Kata Andre sambil mempersilahkan duduk, lalu mereka berdua duduk. Andre lalu mengambil kertas proposal itu dan membacanya, halaman demi halaman dibaca oleh Andre dan saat melihat Proposal tentang harga yang harus dipakai sangat-lah mahal.
Andre-pun menanyakan kepada Ganda dan Haru tentang harga yang mahal itu.
“Eh Gan ru, kok biaya ya mahal banget ya.” kata Andre sambil membaca kembali proposal itu.
“Belom nanti kita minta izin sama pembantu rektornya, hadeh..” sambil menggelengkan kepalanya, “Sebenernya gini ndre, kita juga sebagai senior mesti ngasih tau mereka, makanya kita ngelakuin rapat ini untuk menanyakan itu. Kibo-nya juga sekarang lagi ada kelas makanya belom kesini.” Ucap Ganda sambil mengambil minuman di atas meja, lalu Tama-pun datang ke ruang rapat. “Assalamualikum.” Salam Tama untuk semua.
“Waalaikumsalam.” Balas Ganda, Haru, dan Andre. Sambil duduk Tama mengambil laptop-nya dan memberikan harga yang semestinya dipakai untuk menuju ke plosok dalam negeri, misi dari organisasi ini-pun juga akan membantu negara karena para pengajar muda akan mengajar ke pedalaman yang jarang sekali di sana ada listrik, Trasnportasi, Puskesmas, dan kadang juga air bersih. Oleh sebab itu Organisasi ini membuat kegiatan yang berjudul.
“Bangkit-lah IndONEsia-ku.”